Seperti kata sebuah pariwara yang dulu sempat sering menyapa kita di layar kaca. Indonesia ini adalah
sebuah negeri dengan seribu musim. Musim duren, musim mangga, musim kawin, musim hujan, musim
mudik, dan kini kita menyambut musim pemilu. Seru memang memperhatikannya, bila musim duren,
maka kita sering menjumpai pedagang duren, maka bila musim pemilu, kita tidak sering menjumpai
pemilu, karena pemilu hanya dilaksanakan sekali saja nanti, yang sering kita jumpai adalah bendera
partai politik yang berkibar di seluruh penjuru tanah air. Ketika kita melihat ke pinggir jalan, kita akan
bertemu dengan bendera partai milik partai A, melihat ke kebun ada juga bendera partai si B, begitu
seterusnya hingga kadang kita lewat di tengah hutan saja, kita masih bisa ketemu dengan bendera.
Kadang penulis berpikir, atau bahasa kerennya beropini, bendera lebih merakyat dari pada partai itu
sendiri. Tentunya kita lebih muda membedakan mana bendera partai politik milik partai A, dan mana
bendera milik partai B, dari pada membedakan yang mana orang yang termasuk anggota A, dan mana
yang B. Jangankan anggota, ketuanya saja mungkin kita tidak bisa membedakan. Walau demikian,
memang saat – saat menjelang pemilu adalah saat yang paling mudah untuk bertemu dengan para
(calon) anggota dewan yang terhormat. Catatan, penulis sampai sekarang bingung, mengapa setiap kali
membaca atau mendengar kata anggota dewan pasti di ikuti dengan kalimat “yang terhormat”?. Anyway,
kita tinggalkan dulu masalah terhormat atau tidak, dan kembali ke fokus mengenai bendera partai
politik, sebab pada saat – saat ini, terjadi apa yang disebut dengan azaz manfaat.
Bendera Partai Politik vs Azaz Manfaat
Semuanya saling menguntungkan, anggota dewan (calon) diuntungkan dengan suara dari masyarakat.
Masyarakat diuntungkan dengan kemudahan bertemu dengan para wakil rakyat (calon) tersebut, dan
para pedagang seperti kami, diuntungkan oleh omzet yang meningkat (buka kartu.. hahaha..). Tapi
memang benar, pada saat menjelang pemilu, tentunya pesanan bendera partai politik lebih banyak dari
pada saat – saat sebelum pemilu. Sehingga, memang pekerjaan jadi bertambah, namun semua itu
menyenangkan. Nah, azaz manfaat ini yang memang kita sebagai masyarakat (bukan pedagang) perlu
memanfaatkannya semaksimal mungkin. Karena ini adalah saat yang paling tepat untuk bertemu muka
dengan para wakil kita, saat yang paling tepat untuk menyampaikan semua unek – unek. Dan juga, saat
yang paling tepat untuk mengkoleksi baju dan bendera partai politik yang biasanya dibagikan secara
gratis.
Nanti, bila beliau sudah benar – benar terpilih, tentunya sebagai anggota dewan, mereka wajib
mengerjakan segala hal yang berhubungan dengan kemajuan bangsa kita. Menciptakan ratusan undang
– undang, membuat keputusan – keputusan, jalan – jalan study banding ke luar negeri, dan banyak hal
penting yang harus mereka lakukan setelah merka terpilih menjadi wakil rakyat. Dan kami para
pedagang, harus kembali berjibaku untuk mencari orderan bendera partai politik agar “mamanya anak
– anak” tidak teriak – teriak mengenai dapur dirumah.
Bendera Partai Politik – Semakin Demokratis
Dulu zamannya Pak Harto, kita hanya melihat bendera partai politik yang itu – itu saja setiap kali
menjelang pemilu. Kalau ngga 1, 2, ya 3. Namun kini, terimakasih kepada reformasi, pilihan itu menjadi
sangat banyak, untuk pemilu kali ini saja ada sekitar 15 partai yang ikut serta dalam ajang paling
ditunggu dalam sebuah negara demokrasi tersebut. Lebih banyak pilihan, tentunya kita harus semakin
cerdas dalam memilih. Karena, setiap bendera partai politik tentu saja memiliki keunggulannya masing
– masing. Karena itu kita perlu mengenal baik – baik masing – masing partai tersebut. Melihat sejarah
dari partai itu, memperhatikan kemajuan apa saja yang sudah diberikan kepada Indonesia, dan yang
terpenting, melihat latar belakang dari para calon.
Menjadi “golongan putih” memang sebuah pilihan, namun tentu saja tidak dianjurkan. Karena, mungkin
saja “bendera partai politik” yang kita saksikan tersebut terlihat lusuh dan koyak, jauh dari sempurna,
namun, bila kita tidak menggunakan hak pilih yang kita miliki, sama saja kita mengijinkan bendera partai
politik yang paling tidak sempurna –menurut kita- untuk menjadi pemenang dan memerintah di
Indonesia. Maka dari itu, adalah sebuah tindakan yang sangat bijaksana bin cerdas, bila kita ikut serta
ambil bagian dalam pemilu yang akan datang.